GUSTANI.ID - Allah SWT telah mengilhamkan pada diri manusia sisi baik dan sisi buruk, yang dengan akal manusia dapat membedakan dan memilihnya. Pilihan pada kebaikan akan menghantarkan manusia pada kebahagian hakiki di dunia dan akhirat sedangkan pilihan pada sisi keburukan akan sebaliknya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
Artinya: lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, (QS Asy-Syams [91]:8)
Orang beriman akan senantiasa mengikuti jalan ketakwaan, namun nafsu banyak menjerumuskan manusia kepada jalan kejahatan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yūsuf [12]:53
Rasulullah SAW dalam sebuah hadist memberikan gambaran perbuatan yang dapat menyelamatkan dan perbuatan yang akan menghancurkan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan:
ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Artinya: "Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain (1) takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, (2) berkata benar (adil) dalam kondisi ridla maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) nafsu yang diikuti, dan (3) ujub terhadap diri sendiri." (HR Imam Baihaqi).
3 Perkara Yang Menyelamatkan
1. Takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai
Takwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata al-wiqaayah yang berarti penjagaan. Dikatakan bahwa Umar bin al-Khattab ra pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab ra mengenai takwa. Lalu Ubay bertanya kepadanya: " Apakah engkau pernah melewati jalan berduri? " Umar menjawab: "Ya". Ubay bertanya lagi: "Lalu apa yang engkau lakukan ?" Umar menjawab: "Aku akan berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk menghindarinya.". Lalu Ubay mengatakan: "Itulah TAKWA."
Seorang hamba menyakini bahwa Allah maha melihat dan tidak ada satu pun perbuatan yang luput dari pengawasan Allah SWT. Sehingga takwa selalu dijaga dalam kondisi apapun, baik dalam kondisi sepi maupun ramai, baik lapang maupun sempit, siang dan malam. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW berpesan: "Bertakwalah dimanapun engkau berada !".
Karena takwa adalah sebaik - baik bekal menuju akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya: Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS Al-Baqarah [2]:197).
2. Berkata benar (adil) dalam kondisi ridla maupun marah
Allah telah menetapkan hukum yang jelas atas suatu perbuatan berdasarkan syariatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتبِهَاتٌ
Artinya “Sesungguhnya perkara halal itu sudah jelas dan perkara haram itu sudah jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar”. (Muttafaqun ‘alaih).
Yang haram tetap haram meskipun kita sangat menginginkannya. Yang halal selalu halal kendatipun kita tak menyukainya.
Bahkan dalam memutus perkara seorang Hakim dilarang memutuskan perkara dalam kondisi marah. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari lainnya, Rasulullah juga bersabda:
لا يَقْضِيَنَّ حَكَمٌ بيْنَ اثْنَيْنِ وهو غَضْبَانُ
Yang artinya: “Seorang hakim dilarang memutuskan (perkara putusan) antara dua orang ketika marah.”
3. Bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin
Salah satu akhlak mulia dalam Islam adalah hidup sederhana dan tidak berlebihan. Anjuran hidup sederhana ini merupakan teladan dari Rasulullah SAW dan salafus saleh (orang-orang saleh terdahulu). Kesederhanaan hidup ini diteladankan Rasulullah SAW sebagaimana tergambar dalam hadis riwayat Malik bin Dinar RA, ia berkata: "Rasulullah SAW tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan daging, kecuali jika sedang menjamu tamu [maka beliau makan sampai kenyang]," (H.R. Tirmidzi).
Sikap sederhana dalam kondisi kaya maupun miskin. Saat kaya tidak berpoya-poya dan membelanjakan harta dijalan yang tidak baik. Sederhana saat kaya berarti tidak sombong, namun bersyukur. Begitu pula saat miskin pun sederhana, tidak mengiba-iba kepada orang lain. Sederhana saat miskin berarti tidak merasa rendah diri, karena ukuran kemulian bukan harta, namun ia bersabar dengan ujian kemiskinannya. Sikap sederhana akan membawa kita pada keselamatan dunia dan akhirat.
3 Perkara Yang Menghancurkan
1. Bakhil yang kelewatan
Bakhil atau kikir adalah sikap yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاَمَّا مَنْۢ بَخِلَ وَاسْتَغْنٰىۙ
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنٰىۙ
فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْعُسْرٰىۗ
Artinya: "Adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah). serta mendustakan (balasan) yang terbaik. Kami akan memudahkannya menuju jalan kesengsaraan". (Al-Lail [92]:8 - 10).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
Artinya: Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al-Ḥasyr [59]:9)
2. Nafsu yang diikuti
Nafsu cenderung mengajak pada keburukan, oleh karena itu harus kita kendalikan dengan menjaga takwa kita kepada Allah SWT. Mengikuti hawa nafsu akan membawa kita pada kehancuran dan kesengsaraan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى
Artinya: Janganlah engkau dipalingkan darinya (iman pada hari Kiamat) oleh orang yang tidak beriman padanya dan mengikuti hawa nafsunya sehingga engkau binasa. (QS Ṭāhā [20]:16)
Terimakasih telah berkunjung ke blog Gustani.ID, Semoga bermanfaat !
EmoticonEmoticon