Menggagas Laporan Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagai Salah Satu
Elemen Laporan Akuntansi Syariah
Abstrak
Bagi sebuah
organisasi, manusia adalah aset yang paling bernilai. Atas dasar pemahaman ini
lahirnya akuntansi sumber daya manusia. Akuntansi sumber daya manusia menuntut
perusahaan untuk menyajikan informasi tentang SDM dalam laporan keuangannya
untuk kepentingan para stakeholder. Islam adalah agama yang memposisikan
manusia pada posisi yang istimewa. Sejalan dengan ini, maka sudah menjadi
keharusan bagi akuntansi syariah untuk memasukan akuntansi SDM sebagai salah
satu elemen laporan akuntansi syariah.
Kata kunci: akuntansi
SDM, akuntansi syariah, Islam.
Pendahuluan
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, konsep akuntansi sumber daya manusia
mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan terutama para akuntan.
Fenomena ini menuntut mereka mencari informasi terkait dengan pengelolaan,
pengukuran sesuai dengan pengungkapan dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia pertama kali digagas oleh Rensis
Linkert, pada tahun 1960-an (Sudarso,2010). Munculnya wacana akuntansi sumber
daya manusia sebenarnya tidak terlepas dari kesadaran para pelaku bisnis akan
posisi manusia dalam hal ini karyawan sebagai aset perusahaan yang paling
tinggi nilainya.
Islam memposisikan manusia atau insan sebagai pusat
pertanggungjawaban dan makhluk sempurna untuk menerima amanah dari Allah
sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia bertanggung jawab untuk
mengelola bumi sesuai denga ketentuan yang ditetapkan Allah melalui berbagai
syariatnya. Dalam akuntansi kapitalis,, nilai moneter manusia tidak dianggap
ada, tidak ada dineraca. Namun seiring perkembangan ilmu akuntansi dan
manajemen, manusia kini mulai dinilai sebagai aset yang paling berharga. Hal
ini didasari bahwa manusia adalah yang menciptakan nilai, pelaku manajemen, dan
penanggung jawab segala operasional perusahaan. Pekerja yang memiliki nilai
lebih akan menghasilkan nilai tambah lebih dari asaet yang sama. Artinya
manusia memengang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. namum,
kita tidak menemukan nilai dari manusia atau pekerja dalam laporan keuangan
perusahaan (Harahap,2008).
Tidak dapat dibantah bahwa sistem kapitalisme dan komunisme adalah sistem
yang mempertentangkan kapitalis dan manusia. Namun semakin besarnya kekuatan
serikat pekerja di Barat, khususnya Eropa menimbulkan fenomena baru dalam
tuntutan keadilan kepada pekerja antara lain melalui laporan keungan yang dapat
menggambarkan informasi yang meyangkut pekerja. Pekerja sebagai salah satu dari
stakeholder juga berhak untuk mendapatkan informasi keuangan. Inilah yang
dikenal dengan employye reporting, yaitu laporan yang memuat informasi yang
relevan bagi karyawan.
Dari later belakang masalah tersebut penulisan paper ini merupakan
upaya menggagas laporan akuntansi Sumber Daya Manusia sebagai salah satu elemen
laporan akuantansi syariah. hal ini dinilai perlu untuk melengkapi teori
akuntasi syariah yang saat ini jauh tertinggal dari teori-teori akuntansi
konvensional.
Pengertian Akuntansi Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebelum mendefinisikan akuntansi SDM, maka perlu dirumuskan asumsi
yang mendasari perlunya akuntansi SDM tersebut. Asumsi-asumsi tersebut adalah
(Nastiti,2008):
1. Manusia
merupakan sumber daya organisasi yang bernilai. Asumsi ini menunjukan bahwa
kebutuhan akan akuntansi SDM akan semankin besar pada perusahaan yang
menganggap SDMnya bernilai tinggi, misalnyapada perusahaan berbasis knowledge
seperti perusahaan software, teknologi informasi dan telekomunikasi
2. Adanya
pengaruh dari gaya manajemen terhadap kinerja karyawan. Asumsi ini menunjukan
bahwa jika kinerja karyawan dipengaruhi oleh gaya manajemen, misalnya pemberian
training dan pemberian penghargaan terhadap SDM, maka akuntansi SDM akan
semakin diperlukan.
3. Keperluan
akan informasi SDM. Asumsi ini menunjukan bahwa informasi tentang SDM dalam
suatu perusahaan perlu diketahui oleh stakeholder perusahaan. karena
stakeholder memerlukan informasi ini, maka manajemen perusahaan harus
mengungkapkan informasi tentang SDM dalam laporan keuangannya.
Sedang menurut Simanjuntak, dalam Amin (2004) bahwa human resources
mengandung dua pengertian:
1. Usaha
kerja yang dapat diberikan dalam produksi. Hal ini mencerminkan kualitas usaha
yang diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan
jasa.
2.
Manusia
yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Hal ini
mencerminkan kuantitas yaitu jumlah manusia yang bekerja pada suatu perusahaan.
The committe on human resources accounting dan AAA (Belkoui,1985) mendefinisikan akuntansi SDM adalah proses
mengidentifikasi dan mengukur data tentang sumber daya manusia dan menyampaikan
informasi ini kepada mereka yang berkepentingan.
Fungsi dari akuntansi SDM adalah:
1.
Sebagai
kerangka kerja untuk membantu pengembilan keputusan di dalam SDM.
2.
Memberikan
informasi kuantitatif tentang biaya dan nilai SDM sebagai unsur organisasi
3. Memotivasi
manager mengadopsi informasi SDM dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
pekerja
Pengakuan Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagai Aset
Menurut Suwadjono, pengakuan adalah penyajian suatu informasi
melalui statemen keuangan, dan secara teknis, pengakuan berarti pencatatan
secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke
dalam suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan di kalangan akuntan
tentang sumber daya manusia menjadi bagian dari aset perusahaan yang harus
dilaporkan di neraca, meskipun mereka telah sepakat bahwa sumber daya manusia
merupakan aset perusahaan yang sangat bernilai. Upaya memasukan SDM sebagai
aset perusahaan terganjal, karena pengakuan suatu aset harus memenuhi kriteria
agar aset tersebut dapat diakui. Sedang SDM tidak dapat disejajarkan dengan aset-aset
yang lainya. (Sudarso,2010). Kriteria pengakuan aset menurut statement of
financial accounting concept No.5 pragraf 63 adalah:
1.
Definition – suatu pos harus memenuhi defenisi elemen statemen keuangan
2.
Measurability – suatu pos harus mempunyai atribut yang berpaut dengan keputusan
dan dapat diukur dengan tingkat keandalan yang cukup
3.
Relevance – informasi yang dikandung suatu pos mempunyai daya untuk membuat
perbedaan dalam keputusan pemakai
4. Reliability – informasi yang dikandung suatu pos secara tepat menyimpulkan
fenomena, teruji dan netral.
Identifikasi Ukuran dan Nilai SDM sebuah perusahaan.
Yang masih menjadi sebuah pertanyaan besar dari wacana akuntansi
SDM adalah bagaimana menilai SDM itu secara kuantitatif jika SDM diakui sebagai
aset sebuah perusahaan. sampai saat ini profesi akuntan belum sepakat untuk
memasukan SDM sebagai pos aset di Neraca. Namun sebenarnya konsep tentang nilai
manusia (human value) dapat diderivasikan dari teori nilai ekonomi (general
human value theory). Dalam hal ini dikenal dua teori, yaitu Falmholtz’s
Theory, dan Likert and Bowers Theory (Murad,2009),.
1.
Teori Falmholtz
Teori ini menyebutkan bahwa untuk menilai SDM dapat dilihat dari
interaksi dua variabel yaitu the individual’s conditional value dan probabilitas
dimana karyawan akan ditempatkan dalam perusahaan. Conditional value
adalah Yaitu jumlah yang secara
potensional dapat direalisasikan dari jasa seorang yang diukur productivity,
transferbility, dan promotability. Productivity adalah
prestasi dari kinerja karyawan yang diharapakan sewaktu dia menjabat posisinya
sekarang. Transferbility adalah jasa karyawan yang diharapkan jika
dipindahkan pada posisi lain. sedang promotability adalah jasa karyawan
yang diharapkan jika menempati posisi yang lebih tinggi (Harahap,2008).
2.
Teori Likert dan Bower
Menurut teori ini ada tiga variabel yang saling berhubungan yang
mempengaruhi efektivitas SDM dalam sebuah perusahaan, yaitu Causal,
Intervening, dan And Result.
Variabel cost adalah
variabel indevenden independen yang dapat secara langsung dirubah oleh
organisasi, seperti struktur organisasi, kebijakan manajemen, divisi, strategi
bisnis dan kepimpinan, keahlian, dan perilaku. Variabel intervening
adalah menggambarkan keadaan internal, kesehatan dan kemampuan berprestasi dari
organisasi seperti layalitas, sikap, motivasi, prestasi, tujuan, dan persepsi
seluruh anggotanya, dan kemampuan kelompok untuk melakukan tindakan bersama
yang efektif. Variabel end result adalah variabel dependen yang
menggambarkan hasil yang dicapai oleh organisasi seperti produktivitas, biaya,
kerugian, pertumbuhan, harga saham, dan laba.
Model ini menyatakan bahwa variabel causal mempengaruhi tingkat
variabel intervening yang akan menghasilakan variabel end result. Perilaku
manajer, struktur organisasi, serta perilaku manajer dan bawahannya membentuk
persepsi, komunikasi, motivasi, pengambilan keputusan, kontrol, koordinasi.
Gabungan dari variabel intervening itulah yang akan menghasilkan kesehatan,
kepuasan, produktivitas serta prestasi keuangan perusahaan Harahap, 2008).
Mengukur Nilai SDM Perusahaan
Pengukuran terhadap nilai SDM mash merupakan cabang ilmu yang terus
mengalami pengembangan. Secara teori Aset SDM dapat diukur secara moneter dan
non-moneter. Ukuran moneter yang digunakan antara lain: historical cost,
replacement cost, opportunity cost, compensation model, dan model adjusted
discounted future wages (Nastiti,2008) .
1.
Model Historical Cost
Metode ini adalah metode yang lazim digunakan untuk mengukur nilai
aset dalam perusahaan (PSAK. No 16). Pada metode ini nilai SDM perusahaan
diukur berdasarkan dari jumlah biaya yang berkaitan dengan perolehan sumber
daya manusia hingga siap bekerja, meliputi biaya rekrutmen, seleksi, hiring,
dan training. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi kemudian diamortisasi
sepanjang taksiran umur aset tersebut. Walau model ini mudah untuk digunakan
namum model ini juga memiliki banyak kelemahan karena memberlakukan manusia
sama dengan aktiva lainya. beberapa kelemanhan metode ini antara lain:
1. Nilai
ekonomi suatu SDM kadang tidak berkaitan dengan harga perolehannya,
2. Setiap
kenaikan nilai dan amortisasi bersifat subyektif, tanpa mesti ada hubungannya
dengan naik turunya produktivitas human aset, dan
3.
Karena
cost berhubungan dengan perolehan tersebut berbeda-beda pada tiap pegawai dan
pada tiap periode, maka sering kali historical cost tidak dapat memberikan
nilai SDM yang dapat dibandingkan, terlebih lagi bila telah diusutkan.
2.
Replcement Cost
Metode ini dikembangkan untuk menyempurnakan metode sebelumnya (historical
cost) yang kurang dapat diperbandingkan. Pada metode ini, nilai SDM
didasarkan pada taksiran biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti SDM
yang sekarang ada dlam perushaan. Biaya-biaya tersebut meliputi: biaya
rekrutmen. Seleksi, training, penempatan dan pengembangan pegawai baru untuk
mencapai kompetensi yang sama denga pegawai lama.
Kelemahan dari model ini adalah:
1. Perusahaan
mungkin memiliki pegawai yang nilainya dianggap lebih besar dari replacement
cost-nya karena keterampilan sering kali didapat karena lama bekerja tidak
dapat diukur.
2. Untuk
human aset tertentu mungkin tidak bisa didapat equivalent replacement-nya
karena bakat yang sangat istemewa
3. Para
manajer yang menaksir biaya untuk menggantikan seluruh human asset-nya mungkin
akan sulit untuk berbuat demikian, karena manajer yang berbeda akan memberika
taksiran yang berbeda pula.
3.
Opportunity Cost
Metode ini dikembangkan juga untuk menyempurnakan metode
sebelumnya, terutama terkait dengan taksiran antara para manajer. Pada metode
ini, nilai-nilai SDM ditentukan melalui suatu proses competitive bidding
(lelang kompetitif) yang didasarkan pada opportunity cost. Metode ini menuntut
perusahaan haru menyiapkan karyawan yang langka dalam asset base, kemudia
investment manager dari perusahaan-perusahaan akan mengajukan tawaran harga
untuk karyawan yang akan direkrut dari asset base tersebut
Kelemahan dari metode ini adalah:
1. Dimasukanya
karyawan yang langka saja dalam aset base dapat diinterpretasikan sebagai
bentuk diskriminasi terhadap karyawan lain yang dapat berimbas pada turunya
motivasi dari karyawan yang lain.
2. Perusahaan
yang tingkat keuntungannya lebih kecil menjadi korban karena ketidakmampuannya
memenangkan lelang untuk merekrut karyawan yang lebih baik.
4.
Compansation Model
Model ini digagas oleh lev dan Schwartz, yang menyarankan
penggunaan balas jasa atau kompensasi seseorang di kemudian hari sebagai
penggati nilai orang tersebut di masa sekarang. Model tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Dimana:
Vr = Human capital seseorang yang berumur q
I
(t) = penghasilan orang tersebut
sampai pensiun
r = discount rate yang khusus berlaku
bagi orang tersebut
T = umur saat pensiun
Karena Vr adalah ex-post value dan l(t) diperoleh setelah pensiun
sedangkan Vr mengabaikan kematian sebelum umur pensiun, maka Lev Schwartz
memperhalus model tersebut mejadi;
Kelemahan dari model ini adalah adanya unsur subjektivitas dalam
menentukan tingkat gaji di kemudia hari, lamanya orang bekerja, kemungkinan
terjadinya kemetian dan penentuan discoaunt rate. Selain itu, model ini juga
mengabaikan kemungkinan seseorang keluar dari pekerjaanya dengan alasan selain
kematian dan pensiun serta mengabulkan kemungkinan seseorang berganti peran
dalm perusahaan.
5.
Adjusted Discounted Future Wages
Model ini digagas oleh Roger H Hermanson (1994). Model ini
menyempurnakan model kompensasi sebelumnya dengan memasukan suatu faktor diskon
yang didasarkan pada perbandingan efisiensi perusahaan terhadap
perusahaan-perusahaan lain di bisnis yang sama. Model ini menyatakan bahwa
nilai SDM yang bekerja di duatu perusahaan adalah nilai seluruh penghasilan
yang akan diterima individu tersebut di kemudian hari yang didiskon dengan
suatu faktor efisiensi. Faktor efisiensi ini adalah rasio dari ROI suatu
perusahaan dengan seluruh perusahaan yang sejenis dalam industri. Rasio
tersebut menurut Hermanson dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
RF0 = ROI perusahaan
RE0 = ROI rata-rata perusahaan sejenis dalam
industri yang sama pada tahun 1
Rasio efisiensi ini didasarkan pada perbedaan dalam tingkat
profitabilitas perusahaan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan dalam
performance SDM di perusahaan tersebut. Sehingga semakin tinggi nilai ROI
perusahaan dibandingkan rata-rata ROI industri, discount factornya akan semakin
kecil sehingga nilai SDM di perusahaan tersebut semankin tinggi.
Bentuk Laporan Akuntansi SDM
Dalam Harahap (2008) dicantumkan contoh perusahaan yang telah
menerapkan laporan SDM adalah Barry Company pada tahun 1966. Perusahaan ini
menggunakan model historical cost dalam penerapan laporan akuntansi SDMnya.
Barry adalah perusahaan terbuka di America Stock Exchange memiliki 1700
karyawan dengan omzet mencapai $43 juta. Adapun motivasi mereka menerapkan
akuntansi SDM adalah karena mereka merupakan perusahaan laor intensive. Awalnya
penerapan hanya pada 100 karyawan, namun selanjutnya terus mengalami
peningkatan.
Dalam pengukuran ini dikembangkan sistem sebagai berikut:
1.
Jumlah
biaya perusahaan digolongkan dua komponen, yaitu biaya SDM dan biaya lainya.
2.
Biaya
SDM ini dipisahkan menjadi unsur aktiva dan biaya
3.
Aktiva
SDM kemudian dikelompokan menjadi tujuh kategori biaya fungsional
4. Investasi
dalam aktiva SDM ini disusutkan selama taksiran periode penggunaan, kecuali
biaya rekrutment yang disusutkan selama pegawai tersebut bekerja dalam
perusahaan. sedangkan biaya training dan pengembangan disustkan selama periode
penggunaanya yang biasanya lebih kecil dari masa jabatan pegawai tersebut.
Kerugian aktiva SDM bisa terjadi jika karyawan mengalami sakit,
kerugian ini direview secara periodik. Jika karyawan berhenti bekerja, saldo
yang belum disusutkabn dihapus dan dibebankan pada laba rugi tersebut.
Beberapa data yang muncul adalah biaya investasi atas SDM dapat
dilihat sebagai berikut. Rata-rata investasi per individu adalah:
Supervisor
first linier $ 3000
Engineer $10000
Middle
manager $15000
Top
Manager $35000
Sedangkan kerugian karena adanya pegawai yang berhenti:
Biaya
akuisisi $110000
Biaya
on the job training $120000
Orientasi/familiarisasi $155000
Pengembangan $ 50000
Dalam neraca konvensional akan terlihat jumlah aktiva/pasivva
terlalu rendah sebesar $942194. Jumlah ini berasal dari perbedaan antara
investasi baru dalam SDM dan biya penyusutan dan penghapusan aktiva untuk
karyawan yang berhenti serta kerugian lainya. laba bersih rendah dalam
akuntansi SDM dibandingkan dengan laba akuntansi konvensional. Perbedaannya dapat
dilihat sebagai berikut:
Metode
akuntansi
|
Laba bersih
|
Total aktiva
|
ROI
|
Akuntansi
Konvensional
Akuntansi SDM
|
$1.274.000
1.343.000
|
$17.654.000
$19.215.000
|
7,2%
6,9%
|
Perbedaan
|
$ 69.000
|
$ 1.561.000
|
Keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi SDM adalah:
1.
Dapat
digunakan untuk kegiatan penyusunan anggaran biaya pegawai
2.
Dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan strategis secara menyeluruh
3.
Dapat
membantu fungsi kontrol
Disamping itu, penggunaan akuntasi SDM juga memiliki keterbatasan, diantaranya:
1.
Tingkat
kepercayaan pada data yang digunakan sebagai input karena data historis yang
lalu tidak ada sehingga perlu ditaksir
2.
Validitas
dari pengkategorian tujuh biaya fungsional.
3.
Kegunaan
bagi fungsi perencanaan dan kontrol secara empiris belum dibuktikan.
Penutup
Laporan akuntansi SDM yang telah dipaparkan memiliki nilai yang
sejalan dengan nilai-nilai Islam, dimana akuntansi SDM menganggap bahwa
kualitas SDM itu pentig. Prinsip ini sejalan dengan prinsip Islam yang
menempatkan manusia pada posisi yang mulia berupa amanah yang diembankan Allah
kepadanya. Manusia menjadi khalifah, dan akan dipertanggungjawabkan kegiatannya
selama di dunia. Oleh karena itu, syariah juga diarahkan untuk menjaga
keimanan, akal, keturunan, jiwa, dan kekayaan yang dimiliki.
Manusia adalah pengelola utama sebuah entitas dan manusia pula yang
menikmati hasilnaya. Oleh karena itu informasi terkait SDM yang dimiliki
haruslah diinformasikan kepada para pemangku kepentingan. Akuntansi SDM dinilai
sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk menggambarkan secara keseluruhan
aset perusahaan, dan ini sesuai dengan prinsip Islam, maka penerapan akuntansi
SDM bagi institusi syariah adalah sebuah keharusan. Wacana ini perlu terus
dikembangkan dengan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang akuntansi SDM,
karena penulis menilai bahwa akuantasi SDM masih mencoba menemukan format yang
sesuai untuk diterapkan di institusi syariah.
Daftara Referensi:
Ahmad, R.B.
(1992). Accounting Theory. Harcourt BRACE Javanovich Publishers
Amin, W.T.
(2004) Akuntansi Sumber Daya Manusia Pengantar. Jakarta: Harvarindo
Harahap,S.S.
(2008). Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:Pustaka Quantum
Murad, A.A.
(2009). Pengaruh Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Putra Damai banten Abadi). Prospek, Vol.2
No.1, Januari 2009 pp 37-55
Nastiti,D.
(2008). Human Resources Accounting: Menyajikan Informasi Sumber Daya Manusia
Dalam Laporan Kauangan. Jurnal Bisnis dan Usahawan, Vol.6, No.2, Januari. Pp 133-138
Sudarso.
(2010). Akuntansi Sumber Daya Manusia: Perlakuan dan Pengukuran. Jember: Jurnal
Akuntansi Universitas Jember. Vol.8, No.1, Juni 2010 pp 1-12
Suwarnjono.
(2002). Akuntansi Pengantar 1: Proses Penciptaan Data , Pendekatan Sistem.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
* Paper tugas pengganti
UTS mata kuliah teori akuntansi, kelas AS A 2009, Prodi Akuntansi Syariah, STEI
SEBI Depok.
Terimakasih telah berkunjung ke blog Gustani.ID, Semoga bermanfaat !
EmoticonEmoticon